Tabanan, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Tabanan mengapresiasi Festival Bantiran (Banfest) yang digelar warga Desa Bantiran sebagai bentuk pelestarian warisan budaya lokal agar tidak punah terkikis zaman.
Hal tersebut disampaikan Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya saat menghadiri pembukaan Banfest ke-2 yang digelar di Bale Banjar Dinas Tejabukit, Desa Bantiran, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat sekaligus dalam rangka memperingati Hari Jadi Desa Bantiran.
"“Kecamatan Pupuan, dengan hamparan kebun kopi, sawah terasering, dan hasil bumi lainnya, sangat layak menjadi destinasi agrowisata unggulan di Kabupaten Tabanan," kata Sanjaya.
Dirinya menilai bahwa festival ini bukan hanya menyangkut aspek hiburan saja, namun juga merupakan strategi kebudayaan untuk membangkitkan ekonomi rakyat secara keseluruhan.
Komang Sanjaya mengatakan Desa Bantiran sebagai salah satu desa tua di Tabanan memiliki kekayaan sejarah, budaya, dan alam yang luar biasa.
Dengan adanya festival ini, Gede Sanjaya memberikan dukungan positif terhadap semangat pelestarian budaya yang ditunjukkan masyarakat melalui berbagai lomba, permainan, dan pertunjukan seni yang sarat dengan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.
Baca juga: PKK Tabanan sosialisasi enam standar pelayanan posyandu
“Warisan Bali adalah budaya, dan budaya itu tidak akan hilang. Jika emas kalau digerus terus akan habis, kalau budaya semakin kita pertahankan semakin bagus untuk tujuh keturunan tidak akan habis, jagalah budaya dan kearifan lokal kita,” imbuhnya.
Ia mengajak seluruh masyarakat Desa Bantiran untuk memanfaatkan momentum ini, tidak hanya sebagai ajang pelestarian budaya, tetapi juga sebagai sarana memperkuat solidaritas sosial, mempromosikan produk lokal dan meningkatkan daya saing daerah.
“Pada poin ini, Pemerintah Kabupaten Tabanan berkomitmen mendukung kegiatan seperti ini, karena sejalan dengan visi kita, yaitu mewujudkan Tabanan era baru yang aman, unggul, madani (AUM),” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Banfest Agus Putu Eka Nanda menjelaskan, dengan mengusung tema “Kumara Guna” yang berarti Anak yang Berguna, Banfest tahun ini menyampaikan pesan penting tentang harapan masyarakat terhadap generasi muda agar tumbuh menjadi insan yang bermanfaat bagi bangsa, negara, dan lingkungannya.
Baca juga: Pecalang wanita hadir di Bali untuk awasi busana pengunjung pura
"Festival ini juga merupakan wadah kreativitas, aktivitas, dan kolaborasi seni tradisi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Bantiran, mulai dari ibu-ibu PKK, karang taruna, perangkat desa, pelaku usaha lokal, hingga masyarakat umum," ujarnya.
Festival Bantiran ke-2 ini akan di gelar selama 11 hari, dari tanggal 1 hingga 12 Juli 2025 dengan menghadirkan beragam kegiatan menarik, seperti lomba permainan tradisional seperti layangan, mekoret antar banjar, serta mepentet (permainan karet) antar siswa SD, dan permainan tradisional lainnya seperti gangsing, tajog, dan gale-gale (tepak selodor).
Festival ini juga turut dimeriahkan dengan lomba kuliner membuat sate dan lawar, lomba penjor hias oleh ST, hingga lomba jegeg bagus ST. Selain itu, penampilan baleganjur dan gong kebyar dari berbagai sekaa seni turut menyemarakkan suasana.
Sebagai penutup, pada tanggal 12 Juli mendatang, akan digelar pertunjukan musik spesial dari grup band lokal Bali.