Denpasar (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali mencatat transaksi saham di Pulau Dewata ini menembus Rp2,25 triliun pada Maret 2025 atau tumbuh 16,83 persen jika dibandingkan periode sama 2024 mencapai sekitar Rp1,87 triliun.
Kepala OJK Provinsi Bali Kristianti Puji Rahayu, di Denpasar, Jumat, menjelaskan peningkatan transaksi itu didorong jumlah investor pasar modal yang melonjak atau double digit.
Ia menjelaskan pada Maret 2025, jumlah investor saham di Bali sebanyak 151.096 Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 22,68 persen.
Begitu juga dengan jumlah investor reksa dana dan surat berharga negara (SBN) yang masing-masing tumbuh sebesar 21,80 persen dan 18,11 persen.
Sedangkan nilai kepemilikan saham di Bali mencapai Rp5,36 triliun atau tumbuh 12,59 persen.
Pertumbuhan saham itu menunjukkan investor di Bali optimistis dengan situasi perekonomian nasional di tengah tantangan ekonomi global saat ini.
Kemudahan berinvestasi saham diperkirakan menjadi salah satu indikator peningkatan pertumbuhan para investor pasar modal itu.
Sebagai gambaran, hanya dengan minimal Rp100 ribu, investor pemula yakni generasi muda, sudah bisa berinvestasi saham.
Selain itu, sosialisasi dan literasi keuangan menyasar masyarakat beragam kalangan termasuk generasi muda yang gencar dilakukan regulator dan lembaga jasa keuangan, juga berperan meningkatkan investor saham di Pulau Dewata.
Program inklusi keuangan itu digelar melalui sinergi bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Bali yang melibatkan pemerintah daerah, kementerian/lembaga, pelaku usaha jasa keuangan dan instansi terkait lainnya.
Salah satunya memberikan edukasi terkait industri pasar modal kepada para pegawai negeri sipil (PNS) di Bali.
Bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) di Provinsi Bali, regulator lembaga jasa keuangan itu berupaya melakukan akselerasi pemanfaatan produk dan layanan industri keuangan pasar modal bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bali.
Edukasi itu tentang produk/layanan industri keuangan pasar modal serta mengajak masyarakat untuk memperluas pilihan berinvestasi melalui kepemilikan saham, obligasi maupun reksa dana.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2025, indeks literasi dan inklusi sektor Pasar Modal masih tergolong rendah, yakni masing-masing sebesar 17,78 persen dan 1,34 persen.
OJK optimistis realisasi nilai transaksi dan jumlah investor saham terus bertumbuh, pada 2024 nilai transaksi saham di Bali total mencapai Rp3,9 triliun atau naik 71,16 persen dibandingkan 2023 mencapai Rp2,3 triliun.
Baca juga: OJK genjot akses keuangan pasar modal di Bali
Baca juga: BEI catat 18 perusahaan beraset jumbo antre IPO di pasar modal Indonesia